Tauhid Uluhiyyah dan Tauhid Rububiyah

 

Pengertian

A.Pengertian Tauhid


   Tauhid adalah keyakinan dengan keesaan Allah subhanahu wa ta'ala sebagai tuhan yang menciptakan memelihara dan menentukan segala sesuatu yang ada di alam ini. Hal ini di jelaskan dalam Hadist yang di kemukakan oleh Bukhari dan Muslim

“Barangsiapa yang ingin melihat wasiat Muhammad, yang tertera di atas cincin stempel milik beliau, maka hendaklah ia membaca frman Allah “Katakanlah (Muhammad): ‘Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu, yaitu janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia …’ dan seterusnya, sampai pada frman-Nya: “Dan (kubacakan): ‘Sungguh inilah jalan-Ku berada dalam keadaan lurus …’ dan seterusnya.” 
Mu’adz bin Jabal menuturkan, “Aku pernah diboncengkan Nabi di atas seekor keledai. Lalu beliau bersabda kepadaku: ‘Hai Mu’adz, tahukah kamu apa yang hak Allah yang wajib dipenuhi oleh para hamba-Nya dan hak para hamba yang pasti dipenuhi oleh Allah?’ Aku menjawab: Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui. Beliaupun bersabda: ‘Hak Allah yang wajib dipenuhi oleh para hamba-Nya adalah supaya
mereka beribadah kepada-Nya saja dan tidak berbuat syirik sedikitpun
kepada-Nya. Sedangkan hak para hamba yang pasti dipenuhi Allah
adalah bahwa Allah tidak akan menyiksa orang yang tidak berbuat
syirik sedikitpun kepada-Nya.’ Aku bertanya Ya rasulullah tidak
perlukah aku menyampaikan kabar gembira ini kepada orang-orang?
Beliau menjawab ‘Janganlah kamu menyampaikan kabar gembira ini
kepada mereka, sehingga mereka nanti akan bersikap menyandarkan
diri’.” (Hadits riwayat Al-Bukhari dan Muslim dalam shahih
mereka) dan di jabarkan pada Q.S. Al Fatihah ayat 5 yang berbunyi:

إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ

Artinya, “Hanya Kau yang kami sembah, dan hanya Kau yang kami mintakan pertolongan.”

            Tauhid sendiri dibedakan menjadi 3 jenis yaitu:

·        - Tauhid Uluhiyyah

·         -Tauhid Rububiyah

·         -Tauhid Asma Wa Sifat

Berikut pengertian serta hadits atau ayat yang menjelaskan pula artinya.


1.      Tauhid Uluhiyyah

Tauhid uluhiyah Mengessakan Allah dengan cara beribadah kepadanya baik melalui doa salat berserah diri dan berharap kepada  ridho Allah swt. Jadi kita beribadah hanya semata karna Allah Ta’alla bukan karna ingin pamer ataupun riya kepada orang lain. Tauhid Uluhiyah ditegas kan oleh Nabi Muhammad saw pada sabdanya yang di riwayatkan oleh Muslim dari Anas bin Malik r.a berbunyi:

Rasulullah bersabda:

“Allah berfirman kepada ahli neraka yang paling ringan adzabnya. ‘Kalau seandainya kamu memiliki dunia dan apa yang ada di dalamnya dan sepertinya lagi, apakah kamu akan menebus dirimu? Dia menjawab ya. Allah berfirman: ‘Sungguh Aku telah menginginkan darimu lebih rendah dari ini dan ketika kamu berada di tulang rusuknya Adam tetapi kamu enggan kecuali terus menyekutukan-Ku.” (H.R. Muslim dari Anas bin Malik r.a)

     Ada pula beberapa penyimpangan dari Tauhid Uluhiyyah dan Contoh konkret penyimpangan uluhiyah Allah di antaranya ketika seseorang mengalami musibah di mana ia berharap bisa terlepas dari musibah tersebut. Lalu orang tersebut datang ke makam seorang wali, atau kepada seorang dukun, atau ke tempat keramat atau ke tempat lainnya. Ia meminta di tempat itu agar penghuni tempat tersebut atau sang dukun, bisa melepaskannya dari musibah yang menimpanya. Ia begitu berharap dan takut jika tidak terpenuhi keinginannya. Ia pun mempersembahkan sesembelihan bahkan bernadzar, berjanji akan beri’tikaf di tempat tersebut jika terlepas dari musibah seperti keluar dari lilitan hutang.

 

2.      Tauhid Rububiyah

Tauhid rububiyah adalah keyakinan dalam ajaran Islam tentang tauhid atas segala dari kehendak dan perbuatan Allah terhadap segala urusan di dalam alam semesta ini. Jadi semua ini terjadi atas izin atau kehendak dari Allah swt yang mengendalikan segala yang ada di alam semesta.

Tauhid rububiyyah di djelaskan pada firman Allah yang berbunyi:

Allah Azza wa Jalla berfirman:

ذَٰلِكُمُ اللَّهُ رَبُّكُمْ لَهُ الْمُلْكُ ۚ وَالَّذِينَ تَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ مَا يَمْلِكُونَ مِنْ قِطْمِيرٍ

“…Yang (berbuat) demikian itu adalah Allah Rabb-mu, milik- Nya-lah kerajaan. Dan orang-orang yang kamu seru (sembah) selain Allah, tiada mempunyai apa-apa walaupun setipis kulit ari.” [Faathir/35: 13]

Allah menciptakan seluruh makhluk-Nya di atas fitrah pengakuan terhadap Rububiyyah-Nya. Bahkan orang-orang musyrik yang menyekutukan Allah dalam ibadah pun mengakui keesaan dan sifat Rububiyyah-Nya. Sebagaimana firman Allah Ta’ala:

قُلْ مَنْ رَبُّ السَّمَاوَاتِ السَّبْعِ وَرَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ سَيَقُولُونَ لِلَّهِ ۚ قُلْ أَفَلَا تَتَّقُونَ قُلْ مَنْ بِيَدِهِ مَلَكُوتُ كُلِّ شَيْءٍ وَهُوَ يُجِيرُ وَلَا يُجَارُ عَلَيْهِ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ سَيَقُولُونَ لِلَّهِ ۚ قُلْ فَأَنَّىٰ تُسْحَرُونَ

“Katakanlah, ‘Siapakah Rabb langit yang tujuh dan Rabb ‘Arsy yang besar?’ Mereka akan menjawab, ‘Kepunyaan Allah.’ Katakanlah , ‘Maka mengapa kamu tidak bertaqwa?’ Katakanlah, ‘Siapakah yang di tangan-Nya berada kekuasaan atas segala sesuatu sedang Dia melindungi dan tidak ada yang dapat dilindungi dari-Nya, jika kamu mengetahui?’ Mereka menjawab, ‘Kepunyaan Allah.’ Katakanlah, ‘(Kalau demikian) maka dari jalan manakah kamu ditipu?” [Al-Mu’-minun/23: 86-89]

3.   Hakikat Allah

Hakikat sendiri adalah cara untuk mensucikan hati dari segala yang menjauhkan dari Allah serta menghiasi hati dengan segala yang mendekatkan kepada-Nya dan membuat hati mencintai pada kedekatan terhadap-Nya, dalam berbagai kondisi, perkataan dan perbuatan serta harapan-harapan yang mulia.

Terkadang kita membayangkan wujud Allah sesempurna sehingga memunculkan pertanyaan bagi orang orang yang memiliki kekurangan terhdap hakikat kepada Allah, seperti “siapa yang menciptakan Allah?” pertanyaan seperti itu biasanya menggunakan pemahaman sebab-akibat.

 

4.   Cara Ma’rifat kepada Allah swt

Ma’rifat adalah pengetahuan yang diperoleh melalui akal, sedangkan dalam tasawuf makrifat berarti mengetahui Allah Subhanahu wa Ta'alaa dari dekat. Dengan Makrifat, seorang Sufi lewat hati merasa sangat dekat dengan Tuhan ada beberapa cara untuk ma’rifat kepada Allah yaitu dengan cara:

Ø  Mengenal Diri Batin

Cara mengenal Allah ini adalah dengan memahami surah Al-Hijr ayat 29 yang artinya::

" Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniup kan kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud."

Ø  Ingat Tujuan Penciptaan

Cara mengenal Allah selanjutnya bisa dengan memahami kembali apa tujuan Allah menciptakan diri kita dan segala sesuatunya. Dengan memahami ciptaannya, itu berarti kita memahami diri Allah SWT, sehingga cara mengenal Allah yang satu ini sangatlah penting. Dan kita juga harus ingat kita hidup di dunia ini hanya sementara, dan pada akhirnya kita akan kembali pada sang maha kuasa.

Ø  Yakin Keberadaan Allah swt

Sebagai umat muslim yang taat, sudah seharusnya kita yakin bahwa Allah SWT itu memang benar-benar ada. Keyakinan itu juga bisa meliputi kepercayaan tentang akhirat, surga dan akhirat, malaikat-malaikatnya, dan juga hal lainnya. Dengan melakukan cara mengenal Allah ini, kamu akan semakin dekat dengan keberadaan Allah SWT.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Apa itu Qada dan Qadar?

Kesadaran Manusia yang Kurang Akan Kebersihan Di Semarang