Thoriqoh dalam hidup manusia

  NU Online Salah satu bagian PCI-NU Mesir yang paling kontinu kegiatannya adalah Jam`iyyah Ahli al-Thariqah al-Mu'tabaroh al-Nahdliyyah yang akrab disebut dengan lembaga "tarekat". Sebagaimana Jum'at sore tiap pekannya, pada Jum'at petang, 22 Juli lalu juga diselenggarakan wirid bersama. Namun lain dari biasanya, kali ini tarekat digelar di Wisma Wakil Kepala Perwakilan RI di Kairo, Bpk. Muzzammil Basyuni. Acara yang awalnya bertajuk "Silaturahmi Wakil Kepala Perwakilan RI di Kairo dengan Pengurus PCI-NU Mesir", menjadi acara yang begitu hangat dengan rangkaian mata acaranya. Sejak awal sambutan, tuan rumah yang memang tertarik dengan dunianya kaum sufi ini juga mengajak hadirin yang sekitar 40-an orang untuk menyimak cerita bagaimana kehidupan kaum tarekat. 

   Menurutnya, banyak keajaiban-keajaiban yang kadangkala atau bahkan sering diterima oleh kalangan sufi. Sesuatu yang harusnya tak masuk akal terjadi begitu saja, berkat kedekatan mereka pada Allah Swt. "Saya pun pernah mengalaminya," ujarnya. Dikisahkan, sejak datang bertugas di Kairo, diplomat yang pernah menjadi Dirjen Timteng di Deplu ini mempunyai keinginan kuat untuk ziarah ke makam Syaikh Syadzili, seorang pendiri tarekat ternama, di Humaesaroh, daerah amat terpencil yang jaraknya ratusan kilometer dari Kairo. 

   Maka ketika ada libur agak panjang, kesempatan itu tak disia-siakan. Dengan mengajak Bpk. Bukhori Sail, Rais Syuriah PCI-NU Mesir dan Bpk. Mustafid Dahlan, Mustasyar PCI-NU Mesir, diplomat lulusan Baghdad ini melanglang buana ke tempat yang sudah diincarnya bertahun lamanya. Yang membuat rombongan ini makin percaya akan kekuatan shalawat adalah kejadian ketika kembali dari ziarah. Ketika itu, tambahnya, rombongan mencarter sebuah sedan untuk kepulangan. 

    Melihat jarum penunjuk isi bensin full/terisi penuh, mereka menanyakan pada sopir. Maklum, perjalanan jauh tanpa ada benda hidup di kanan-kiri membuat was-was juga. Namun sopir malah santai sambil menunjukkan bahwa bensin selalu penuh. "Justru itu yang membuat kita curiga," ujar Pak Muzzammil. Akhirnya, diputuskan kalau menemukan stasiun pengisian bahan bakar terdekat, maka harus segera diisi. Betul, setelah perjalanan cukup panjang, atau bahkan memang benar-benar sangat jauh, mereka menemukan sebuah stasiun pengisian bahan bakar.

   Benar saja, ketika dilihat tangki memang benar-benar kosong. "Kalau bukan karena shalawat, bagaimana mungkin hal ini bisa terjadi," ceritanya. "Perjalanan sejauh itu rasanya sudah harus menghabiskan bensin yang ada di tangki," tambahnya lagi. Membenarkan kisah atasannya itu, Pak Bukhori yang sehari-hari jadi staf di KBRI juga menceritakan lebih detail bagaimana keadaan di daerah Humaesaroh. Menurutnya, kalau saja ada satu kendaraan yang macet atau mogok di tengah jalan, rasanya tak akan ketahuan bagaimana nasibnya, karena saking sepi dan jauhnya jalan itu. Pernah suatu ketika, tambahnya, terbetik keinginan bagaimana mengajak anggota tarekat NU Mesir untuk juga dapat berziarah ke makam Syaikh yang namanya cukup terkenal di dunia tarekat Indonesia itu. Bahkan sempat juga pernah menanyakan ke sebuah travel mengenai perjalanan ke sana, namun oleh travel menyatakan tak berani membawa rombongan orang asing terlalu banyak ke sana. 

      Sementara Gus Faiz, panggilan akrab Ketua Tanfidzyah PCI-NU Mesir, dalam sambutannya menyatakan, cerita-cerita seperti itu mengingatkan kembali pada kehidupan kiai-kiai NU yang pernah ditemuinya. Bagaimana KH. Ali Maksum Yogyakarta, KH. Mahrus Ali Lirboyo Kediri atau KH. Chudlori Tegalrejo Magelang memiliki kisah masing-masing yang menunjukkan 'kehidupan khusus' penganut tarekat. Dengan bacaan wirid tertentu, dalam konsentrasi penuh, dapat mendatangkan satu kejaiban. Tentara penjajah Jepang yang pernah akan masuk Magelang, pun dibuat kocar-kacir hanya oleh wirid KH. Chudlori dan santri-santrinya. M. Mukhlishin, Ketua Jam`iyyah Ahli al-Thariqah al-Mu'tabaroh al-Nahdliyyah PCI-NU Mesir mengatakan bahwa tarekat yang ada di NU Mesir adalah gabungan dari aliran tarekat-tarekat yang ada. Mengingat banyaknya warga NU Mesir yang sudah mengikuti tarekat dengan berbagai aliran, maka disarikanlah wirid-wirid yang ada dari berbagai aliran itu. "Jadi kita menjadi tempat berkumpulnya teman-teman yang bermacam aliran ini," katanya. Setelah sambutan-sambutan yang sempat di-break shalat magrib, acara dilanjutkan dengan wirid a la NU Mesir. 

    Maka, seluruh hadirin pun khusyuk mengikuti wirid yang dipimpin oleh salah seorang sesepuh tarekat NU Mesir, Mahmudi Muchson. Sekitar setengah jam, semua tenggelam dalam bermunajat. Tuan rumah pun tampak paling semangat menjalani ritual rutin tarekat NU Mesir ini. Setelah rangkaian acara selesai, dilanjutkan ramah-tamah. Dalam ramah-tamah ini, makin menunjukkan kehangatan

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Apa itu Qada dan Qadar?

Tauhid Uluhiyyah dan Tauhid Rububiyah

Kesadaran Manusia yang Kurang Akan Kebersihan Di Semarang